Babaliak Ka Pustaka Nagari – Padang Ekspres

Aktivitas Komunitas Gubuk Kopi, Solok

Berawal dari candu ngopi dan nongkrong bareng, sekelompok anak muda pecinta seni di Solok tergugah mendirikan sebuah komunitas diberi nama “Komunitas Gubuk Kopi”. Terbentuknya komunitas ini untuk mewadahi aspirasi seni generasi muda dan mengalihkan dunia hura-hura menjadi rutinitas positif.

Dimotori Alber Rahman Putra, 25, warga Nagari Kotobaru, bersama 8 rekan Komunitas “Gubuk Kopi” mulai muncul dan bergerak sejak tahun 2011 lalu di Nagari Kotobaru, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok. Namun, sejak 2016, komunitas ini pindah markas ke kawasan Kampungjawa, Kota Solok, atau di gedung Perpustakaan Nagari Kampungjawa.

Ide berdirinya komunitas ini, lahir dari diskusi ringan bersama kawan sejawat dengan hobi seni yang sama. Duduk bersama sambil menyeruput kopi, dikupaslah persoalan generasi muda yang kini semakin terguras kemajuan zaman.

“Ya, kita suka nongkrong sambil ngopi dan cerita-cerita soal tren generasi muda di Solok khususnya,” terang Ketua Komunitas Gubuk Kopi, Alber, kemarin, (25/1).

Kecenderungan generasi saat ini tidak terlepas dari hura-hura. Berseleweran hilir-mudik setiap hari, terutama malam Minggu. Apalagi, banyak generasi muda yang terjerumus tindakan buruk maupun hobi negatif. Seperti pergaulan bebas, narkoba dan sebagainya.

“Gubuk Kopi ini sasarannya mengubah pemikiran dan mengalihkan dunia generasi muda untuk kegiatan bermanfaat,” sebut lulusan Kariwitan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang itu.

Mulailah Alber bersama rekan-rekannya termasuk kakaknya bergerak di rumah “Gubuk Kopi”. Di sini, generasi muda dituntun berkreasi dengan jalur seni. “Kita melatih generasi muda berlatih musik hingga membaca,” sebutnya.

Selain diramaikan mahasiswa dan mahasiswi seni asal Solok dari berbagai universitas seni di Sumbar, komunitas ini juga melatih anak-anak jalanan ataupun remaja putus sekolah untuk ikut berkreasi seni.

Seperti belajar melukis, bermain musik tradisi talempong pacik, jimbe, gitar, puisi dan sebagainya. Setidaknya, sekitar 65 generasi muda dari berbagai latarbelakang tergabung dalam Gubuk Kopi.

Satu kali seminggu, komunitas ini menggelar sinema pojok yang menampilkan kreasi seni puisi, musik dan sebagainya. “Setiap hari, pasti ada kegiatan,” sebut Elya Gusrika Dinofa yang juga salah satu pendiri Gubuk Kopi.

Apalagi saat liburan kuliah lanjut Nofa, mayoritas mahasiswa seni anak Gubuk Kopi saban hari nongkrong di markas. “Ini rumah kreativitas seni semua generasi dari semua kalangan,” sebut Nofa.

Selain sinema pojok, Gubuk Kopi juga menggelar pementasan setiap malam minggu atau minggu malam. Hal ini, semata-mata untuk menyalurkan bakat dan mengalihkan perhatian generasi untuk rutinitas negatif.

Alber membenarkan, jika fokus komunitas ini adalah pendidikan seni dan kebudayaan melalui kegiatan seni kreatif generasi muda. “Apa yang saya dan kawan-kawan lain pelajari di kampus, itu yang kami salurkan bersama-sama pada generasi muda pecinta seni,” katanya lagi.

Di samping kegiatan seni, komunitas ini juga menggerakkan minat membaca. Hal ini juga yang melatarbelakangi markas Gubuk Kopi berada di Pustaka Nagari Kampungjawa. Pustaka tersebut juga disulap menjadi lokasi menarik dengan berbagai kreasi.

“Pustaka bukan hanya gudang buku. Tapi, terminal datangnya ilmu pengetahuan. Di sini, kami juga memberikan pelajaran membaca bagi anak-anak putus sekolah,” terangnya.

Tokoh masyarakat setempat, Heri mengatakan, kedatangan Gubuk Kopi ke Kampungjawa membawa dampak positif. “Pustaka Nagari ini milik Kampungjawa yang sudah berdiri sejak tahun 1975 dan kembali bergairah sejak Gubuk Kopi aktif di sini,” sebutnya.

Di sisi lain, ke depan Alber berharap, komunitas ini tetap bergerak aktif memberikan penyadaran terhadap generasi muda. (*)

______

26 January 2017 11:09 WIBSumber : Riki Chandra – Padang Ekspres – Editor : Riyon

1 comments

Ayo Ditanggapi