Papan Puisi

Mengenang Mendung

Suatu ketika, disaat langit menggelap mencari makna. Aku terdiam di bawah sudut kelam yang menghitam. Bayang awan yang menutup tabir mengingatkanku akan takdir. Lihatlah langit itu… Bukankah gelap menghanyutkan?, mendekap terang pada suatu petang. Kali ini aku bertanya pada mendung. Kenapa setiap kali dia datang hujan seakan berteriak untuk turun?. Kadang biru tak selalu haru, putih pun belum tentu menyaru. Kenanglah.. Mendung takkan pernah mau memberi hangat (lebih…)

Merekam Senja

Merekam Senja adalah proyek foto esai berikutnya dari teman kita Gaberiella Melisa, setelah sebelumnya memaparkan pada kita sebuah prespektif tentang hujan. Kali ini Igeb memulai susunan karya ini dengan sebuah pertanyaan yang sekan dilemparkan padannya sendiri, kemudian menjawabnya dengan narasi (sastra) dan citra visual (fotografi). Pertanyaan-pertanyaan baru ternyata terus saja muncul. Senja dan misterinya terus ia temui di banyak tempat, di banyak kota yang ia lalui. Mempertanyakannya dan mencoba menemukan hal-hal yang membuatnya menjadi misteri. (RED)

(lebih…)

Lukisan Hujan

#GBKPictStoryLukisan Hujan adalah seri puitis lainnya yang gagas oleh Gabriella Melisa yang sempat melahirkan karya sajak “Tentang Hujan“. Kali ini masih dengan tema yang sama, Gabri menghadirkan reinterpretasi (baru) yang ia tangkap dari fenomena hujan melalui rajutan caption dan citra visual (fotografi). Berikut ini adalah rajutan prespektiv itu yang disusunnya sendiri, dengan bahasanya khas dan puitik. Selamat mengapresiasi. (Red)


 Hujan itu magis. Menari di bawah hujan memberikan sebuah sensasi yang menyihir. Hujan adalah nyanyian alam, nyanyian merdu yang bercerita tentang alam. Hujan identik dengan mendung, gumpalan awan yang menetaskan rintik demi rintik. Dan lagi aku memaknai hujan sebagai nyanyian alam yang menderu merdu, seperti bisikan rindu yang tertahan di saat awan marah pada langit. Seringkali aku bertanya-tanya, kenapa setiap kali hujan turun, rindu-rindu seperti ikut datang bersama hujan. Menyentuh ke hati yang paling dalam.

(lebih…)

Tentang Hujan

Sajak Tentang Hujan

Aku memaknai hujan bagai sihir. Wangi hujan memukauku. Rintik hujan menghanyutkanku. Dan nyanyian hujan melumpuhkanku.

Hey angin.. Jika kau bertemu hujan malam ini, sampaikan padanya aku rindu.

 -Gabriella Melisa– Denpasar, 28 November 2013

(lebih…)

Lempar Bulan

GBKPictStory – Lempar bulan

Sejak ratusan tahun lalu, dunia sudah mengenal yang namanya kesenian rakyat (folklore). Hampir setiap etnis memlikinya. Beberapa kesenian rakyat tersebut kemudian tidak hanya terus berkembang ditengah-tengah masayrakat se-etnisnya. Sensibilitas kerakyatan yang digemakannya memudahkannya menjadi populer ditengah kehidupan global. Terutama ditengah mereka yang telah bosan dengan konstruksi kelas-kelas sosial. Sebut saja beberapa orang yang mempeloporinya seperti Joan Baez, Bob Bylan, Roma Irama, dan banyak lagi. Di tangan mereka suara-suara rakyat dirayakan dalam kerakyatannya. Tak heran banyak politikus merinding ketika Roma Irama mencalonkan diri sebagai presiden, setidaknya ketenarannya membuktikan ia mampu mengerti selera rakyat. (lebih…)

Dengar Senandungku

Senandung Indah Untuk Solok

Dengarkan lah wahai sahabat
Kuingin bersajak tentang kisahku
Kaki kecil yang menapak halus
Ketika pagi masih berpagut dengan mimpi
Disaat burung mulai menyuarakan sunyi
Sepenggal masa yang aku lalui disebuah sudut alam
Keindahan yang maha agung
Keajaiban alam yang memukau
Bertaut dalam masa indah yang membayang (lebih…)

Kisah Tentang Ibu

Kau mau tau kisahku?
Kisah ini tentang Ibuku
Memang bukan Ibu yang melahirkanku
Tapi tentang ranah yang menerimaku
Aku tak melihatnya entah dari sebutan Kota atau Kabupaten
Aku hanya merasakan keberagaman
Meresapi indahnya yang menawan
Ibuku tetaplah Satu dan menyatu
Yang tak mengeluh ketika dirinya mesti dibagi
Hingga perseteruan pun muncul di jiwanya yang Satu
Menantang hidup yang bermakna saru
Bagaimana ku menatap Ibuku?

(lebih…)